Bahaya Berkata Jangan Kepada Anak
Wednesday, March 27, 2019
Edit
Banyak kata-kata Jangan yang sering dilontarkan para orang renta kepada anaknya. Kata Jangan ini seringkali terucap ketika melihat si anak berbuat yang agak membahayakan berdasarkan sang bunda. Meskipun dalam acara yang lain juga, kadang kata Jangan ini sering terucap sang bunda. Tapi benarkah kata Jangan ini menawarkan efek yang baik kepada anak atau malah sebaliknya?
"Capek bener nih anak, dikasih tahu malah tidak mau diam! Dibilangin jangan naik-naik meja masih saja tidak menurut." Celetuk ketika seorang ibu ketika sedang menemani anaknya bermain.
Tanpa disadari ternyata si anak mulai beranjak cendekia balig cukup akal dan ternyata sang bunda mendapati si anak sedang bermain crayon yang biasa digunakan kakaknya.
"Haduh, itu punya abang jangan dimainin entar pada berantakan. Ini kan belinya mahal, besok mau digunakan abang menggambar." Kata bunda sembari membereskan crayon yang berantakan.
Tak terasa usia si anak menginjak usia 3,5 tahun dan terlihat sangat lucu. Suaranya yang rame menciptakan suasana keluarga semakin menarik dan menggembirakan.
Si dede alasannya ialah merasa haus maka iapun bergegas mengambil kursi untuk mengambil aqua gelas yang kebetulan ada di atas meja makan. "E e e jangan naik-naik kursi ntar kalo kepleset bagaimana? Kan sanggup jatuh ntar. Sini semoga mamah yang ambil air minumnya."
Betapa senangnya si dede alasannya ialah sudah mendapat air yang dari tadi sudah diincarnya. Tak terasa alasannya ialah semangat minum air, bajunya yang tadi kering berkembang menjadi berair alasannya ialah air yang dipegangnya tidak terminum dengan sempurna, jadi ada yang menetes ke baju.
Dengan sigap si dede menghampiri lemari kecilnya untuk ganti bajunya yang sudah berair alasannya ialah air. Baru saja hendak mengancingkan baju, sang mamah datang, " Sini semoga mama yang kancingkan bajunya semoga rapi." tukasnya sambil memegang BBMnya yang habis dicharge.
Waktu berlalu dengan cepatnya dan tak terasa si anak tadi sudah memasuki kelas B Taman Kanak-kanak. Hingga pada balasannya perpisahan kelas pun tiba. Dengan rapinya si anak dikenakan baju yang gres dan menarik untuk mengikuti program perpisahan sekolah.
Namun ketika sudah masuk dalam program perpisahan si dede enggan ikut berbaris dengan temannya. Ia tetap saja memegangi baju mamanya yang kebetulan bercorak batik berwarna cokelat muda.
"Ayoo sana gabung dengan yang lain, ini malah ngekor aja sama mama. Jangan malu-maluin dong, kan bajunya dah baru!" Akan tetapi se dede tetap saja enggan berpisah dengan mamahnya dan tetap merasa nyaman bersama mamanya. Hingga pada balasannya sang mama kehabisan kesabaran dan membentak anaknya. "Ya udah kalo begitu, pulang saja daripada disini cuma merengek-rengek bae sama mamah."
Begitu cepat waktu berputar dan sang anak sudah memasuki dingklik sekolah dasar. Saat itu ada kegiatan Pramuka dan sedang melaksanakan latihan masak telor ala cepat menggunakan kayu bakar. Akan tetapi dilihatnya si dede malah melamun saja melihat teman-temannya asyik menciptakan kuliner telor rebus dengan kayu bakar.
Dengan sigap sang mama kemudian menghampiri anaknya yang dari tadi cuma membisu saja sembari menawarkan omelan kepada anaknya.
Tampak terlihat dari kejauhan seorang guru Pramuka menghampiri ibu dan anak tersebut seraya berkata, "Ayo dik ikut bergabung dengan yang lainnya, simpel kok caranya!" pungkasnya.
"Tidak ah, takut kebakar sama mengganggu yang lain." jawabnya.
"O begitu ya!" balas sang guru sambil membetulkan beling matanya yang agak sedikit miring.
Secara perlaha guru tersebut kemudian berdiskusi sebentar dengan mama anak tersebut. Diberinya nasehat ibu muda tersebut,"Ibu lain kali anaknya jangan dimarahi lagi, soalnya beliau takut kebakar." Sang mama pun hanya mengangguk saja seolah paham dengan nasehat guru Pramuka tersebut.
Mengapa rasa takut ini senantiasa membayang dalam benak si anak tersebut ketika menemukan hal-hal gres di depannya. Mengapa ia tidak mau mencobanya terlebih dahulu dan menentukan hanya pasif saja seolah pasrah dengan keadaan?
Kata Jangan ini dan jangan itu lah yang menciptakan anak tersebut menyimpan memori rasa takut. Segala kebutuhan yang diharapkan selalu mama yang menghandle. Akibatnya semenjak bayi anak tersebut mulai beranggapan bahwa apa yang dilihatnya tidaklah kondusif dan membahayakan.
Memenuhi segala kebutuhan si kecil dengan alasan keselamatan, kerapian lebih cepat itu boleh-boleh saja, akan tetapi sebaiknya tidak terlalu over protected atau berlebihan. Berilah kesempatan kepada anak kita untuk menuntaskan keperluan dan kebutuhannya alasannya ialah hal ini akan membangun jiwa berdikari anak.
Kata-kata jangan sanggup bermanfaat bila digunakan secara bijak. Berilah pemahaman dan klarifikasi yang baik apabila memang anak tidak boleh untuk melaksanakan kebutuhannya. Berilah pendampingan dan pengawasan yang tepat dan bukan dengan menawarkan perintah "Jangan".
"Capek bener nih anak, dikasih tahu malah tidak mau diam! Dibilangin jangan naik-naik meja masih saja tidak menurut." Celetuk ketika seorang ibu ketika sedang menemani anaknya bermain.
Tanpa disadari ternyata si anak mulai beranjak cendekia balig cukup akal dan ternyata sang bunda mendapati si anak sedang bermain crayon yang biasa digunakan kakaknya.
"Haduh, itu punya abang jangan dimainin entar pada berantakan. Ini kan belinya mahal, besok mau digunakan abang menggambar." Kata bunda sembari membereskan crayon yang berantakan.
Tak terasa usia si anak menginjak usia 3,5 tahun dan terlihat sangat lucu. Suaranya yang rame menciptakan suasana keluarga semakin menarik dan menggembirakan.
Si dede alasannya ialah merasa haus maka iapun bergegas mengambil kursi untuk mengambil aqua gelas yang kebetulan ada di atas meja makan. "E e e jangan naik-naik kursi ntar kalo kepleset bagaimana? Kan sanggup jatuh ntar. Sini semoga mamah yang ambil air minumnya."
Betapa senangnya si dede alasannya ialah sudah mendapat air yang dari tadi sudah diincarnya. Tak terasa alasannya ialah semangat minum air, bajunya yang tadi kering berkembang menjadi berair alasannya ialah air yang dipegangnya tidak terminum dengan sempurna, jadi ada yang menetes ke baju.
Dengan sigap si dede menghampiri lemari kecilnya untuk ganti bajunya yang sudah berair alasannya ialah air. Baru saja hendak mengancingkan baju, sang mamah datang, " Sini semoga mama yang kancingkan bajunya semoga rapi." tukasnya sambil memegang BBMnya yang habis dicharge.
Waktu berlalu dengan cepatnya dan tak terasa si anak tadi sudah memasuki kelas B Taman Kanak-kanak. Hingga pada balasannya perpisahan kelas pun tiba. Dengan rapinya si anak dikenakan baju yang gres dan menarik untuk mengikuti program perpisahan sekolah.
Namun ketika sudah masuk dalam program perpisahan si dede enggan ikut berbaris dengan temannya. Ia tetap saja memegangi baju mamanya yang kebetulan bercorak batik berwarna cokelat muda.
"Ayoo sana gabung dengan yang lain, ini malah ngekor aja sama mama. Jangan malu-maluin dong, kan bajunya dah baru!" Akan tetapi se dede tetap saja enggan berpisah dengan mamahnya dan tetap merasa nyaman bersama mamanya. Hingga pada balasannya sang mama kehabisan kesabaran dan membentak anaknya. "Ya udah kalo begitu, pulang saja daripada disini cuma merengek-rengek bae sama mamah."
Begitu cepat waktu berputar dan sang anak sudah memasuki dingklik sekolah dasar. Saat itu ada kegiatan Pramuka dan sedang melaksanakan latihan masak telor ala cepat menggunakan kayu bakar. Akan tetapi dilihatnya si dede malah melamun saja melihat teman-temannya asyik menciptakan kuliner telor rebus dengan kayu bakar.
Dengan sigap sang mama kemudian menghampiri anaknya yang dari tadi cuma membisu saja sembari menawarkan omelan kepada anaknya.
Tampak terlihat dari kejauhan seorang guru Pramuka menghampiri ibu dan anak tersebut seraya berkata, "Ayo dik ikut bergabung dengan yang lainnya, simpel kok caranya!" pungkasnya.
"Tidak ah, takut kebakar sama mengganggu yang lain." jawabnya.
"O begitu ya!" balas sang guru sambil membetulkan beling matanya yang agak sedikit miring.
Secara perlaha guru tersebut kemudian berdiskusi sebentar dengan mama anak tersebut. Diberinya nasehat ibu muda tersebut,"Ibu lain kali anaknya jangan dimarahi lagi, soalnya beliau takut kebakar." Sang mama pun hanya mengangguk saja seolah paham dengan nasehat guru Pramuka tersebut.
Mengapa rasa takut ini senantiasa membayang dalam benak si anak tersebut ketika menemukan hal-hal gres di depannya. Mengapa ia tidak mau mencobanya terlebih dahulu dan menentukan hanya pasif saja seolah pasrah dengan keadaan?
Kata Jangan ini dan jangan itu lah yang menciptakan anak tersebut menyimpan memori rasa takut. Segala kebutuhan yang diharapkan selalu mama yang menghandle. Akibatnya semenjak bayi anak tersebut mulai beranggapan bahwa apa yang dilihatnya tidaklah kondusif dan membahayakan.
Memenuhi segala kebutuhan si kecil dengan alasan keselamatan, kerapian lebih cepat itu boleh-boleh saja, akan tetapi sebaiknya tidak terlalu over protected atau berlebihan. Berilah kesempatan kepada anak kita untuk menuntaskan keperluan dan kebutuhannya alasannya ialah hal ini akan membangun jiwa berdikari anak.
Kata-kata jangan sanggup bermanfaat bila digunakan secara bijak. Berilah pemahaman dan klarifikasi yang baik apabila memang anak tidak boleh untuk melaksanakan kebutuhannya. Berilah pendampingan dan pengawasan yang tepat dan bukan dengan menawarkan perintah "Jangan".