Bahaya Mie Instan Untuk Anak Dan Ibu Hamil
Wednesday, March 27, 2019
Edit
Bahaya mie instan baik itu, untuk ibu hamil dan belum dewasa yang perlu diketahui. Mengingat mie instan merupakan masakan siap saji yang sanggup dijadikan solusi untuk mengisi perut. Namun tahukah bahwa mengkonsumsi mie instan dalam waktu yang usang sanggup menimbulkan penyakit berbahaya, oleh alasannya itu belum dewasa dan ibu hamil harus waspada terhadap mie instan.
Semua orang tahu bahwa mie instan merupakan salah satu masakan siap saji yang sanggup dijadikan masakan alternatif untuk mengisi perut. Mie instan merupakan masakan yang sangat praktis dalam penyajiannya, tersedia di setiap warung atau toko dan harganyapun relatif murah. Sehingga tak heran mie instan ini cukup diminati masyarakat Indonesia.
Dalam mie instan terdapat banyak aneka zat-zat aksesori sehingga akan menciptakan masakan tersebut mempunyai cita rasa tersendiri dan akan terasa yummy dilidah. Biasanya dalam mie instan akan terdapat kandungan materi kimianya yang cenderung para konsumen tidak memahami bahayanya jikalau dikonsumsi secara berlebihan.
Bumbu yang ada dalam mie instan juga terdapat bahan-bahan kimia yang tidak baik untuk kesehatan. MSG misalnya, Vetsin atau MSG jikalau dikonsumsi secara terus menerus juga akan sangat tidak baik untuk kesehatan. MSG merupakan penguat rasa yang cuma menciptakan masakan menjadi yummy dilidah namun khasiat positif untuk tubuh belum ada studi yang membuktikannya.
Bagi ibu hamil sebaiknya menghindari mengkonsumsi mie instan secara berlebihan. Pasalnya bahan-bahan aksesori atau additif dalam mie instan sangat tidak baik untuk perkembangan janin ataupun kesehatan ibu hamil. Dalam buku What to eat When You're Expecting, para ibu hamil tidak dianjurkan mengkonsumsi masakan yang banyak mengandung zat aksesori atau additive.
Untuk balita sendiri, materi aksesori dalam mie instan akan sanggup memperlambat kerja organ pencernaan. Karena bahan-bahan aksesori tersebut tidak diharapkan oleh tubuh. Apalagi jikalau kandungan MSG ini dikonsumsi secara berlebihan, jadinya kecerdasan anak juga akan terhambat perkembangannya.
Dalam sumber gosip yang dimuat dalam Kompas (sumber gosip http://megapolitan.kompas.com/read/2009/08/21/1238313/Usus.Dipotong.akibat.Kebanyakan.Mi.Instan.1) menyebutkan bahwa seorang anak kecil harus dipotong ususnya alasannya terlalu banyak mengkonsumsi masakan yang banyak mengandung materi kimia. Berikut ialah kronologi beritanya
"MAKSUD hati membantu suami menambah penghasilan, apa daya anak jadi korban. Akibat kerap meninggalkan buah hatinya, Hilal Aljajira (6), Erna Sutika (32) sekarang harus menelan pil pahit. Usus Hilal bocor dan membusuk hingga harus dipotong. Rupanya tiap hari Hilal hanya menyantap mi instan alasannya di rumah tak ada orang yang memasakkan masakan untuknya. Berikut kisah Erna.
Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, saya tetapkan bekerja, membantu keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), kurang mencukupi kebutuhan keluarga.
Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tak jauh dari rumah kami di Garut. Setiap berangkat kerja, Hilal kutitipkan kepada ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, alasannya sebelumnya, saya juga suka memberinya masakan itu jikalau sedang tidak masak.
Ternyata, Hilal jadi “tergila-gila” masakan itu. Ia akan mengamuk dan mogok makan jikalau tak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya menyerah dan menuruti kemauan Hilal. Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal niscaya akan membeli sendiri mi instan di warung erat rumah dengan uang jajan yang kuberikan. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan.
Dua kali dipotong
Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit biasa. Anehnya, sesudah tiga hari, sakitnya tak kunjung hilang dan ditambah ia tidak sanggup buang air besar. Gara-gara itulah perutnya membesar.
Khawatir, kubawa Hilal ke mantri erat rumah. Karena tetap tidak ada perubahan, kami kemudian membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Ternyata hasil investigasi dokter lebih angker dari yang kuduga. Kupikir, cukup dengan obat pencahar perut, sakit Hilal sanggup segera sembuh. Rupanya tak segampang itu.
Hasil tes darah dan rontgen memperlihatkan, Hilal harus segera dioperasi alasannya beberapa penggalan di ususnya bocor dan membusuk. Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, akhir dari kandungan masakan yang Hilal konsumsi selama ini tidak sehat dan menciptakan ususnya rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu sering menyantap mi instan. Astagfirullah….
Atas referensi dokter, kami kemudian membawa Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, dengan alasan peralatan medis di RS itu lebih lengkap. Sejak awal, tim dokter sudah pesimistis dengan kondisi Hilal yang begitu memprihatinkan dengan berat tubuh yang tidak hingga 11 kg. Dokter juga bilang, dari puluhan kasus serupa, hanya tiga orang yang bertahan hidup. Aku hanya sanggup berserah pada Allah SWT.
Baru pada 25 November 2008 operasi dilakukan di RS Immanuel, Bandung. Saat itu saya sedang hamil tiga bulan. Dokter mengamputasi usus Hilal sekitar 10 cm. Untuk menyatukan penggalan usus yang terputus itu, dokter menyambungnya dengan usus sintetis. Selain itu, dokter juga menciptakan lubang anus sementara (kolostomi) di dinding perut sebelah kanan.
Semoga dengan adanya gosip di atas kita akan lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi mie instan. Sebaiknya tidak berlebihan dan imbangi dengan masakan sehat lainnya. Waspada harus dilakukan terutama untuk ibu hamil dan anak-anak. Cegah ancaman mie instan semenjak dini.
Semua orang tahu bahwa mie instan merupakan salah satu masakan siap saji yang sanggup dijadikan masakan alternatif untuk mengisi perut. Mie instan merupakan masakan yang sangat praktis dalam penyajiannya, tersedia di setiap warung atau toko dan harganyapun relatif murah. Sehingga tak heran mie instan ini cukup diminati masyarakat Indonesia.
Dalam mie instan terdapat banyak aneka zat-zat aksesori sehingga akan menciptakan masakan tersebut mempunyai cita rasa tersendiri dan akan terasa yummy dilidah. Biasanya dalam mie instan akan terdapat kandungan materi kimianya yang cenderung para konsumen tidak memahami bahayanya jikalau dikonsumsi secara berlebihan.
Bumbu yang ada dalam mie instan juga terdapat bahan-bahan kimia yang tidak baik untuk kesehatan. MSG misalnya, Vetsin atau MSG jikalau dikonsumsi secara terus menerus juga akan sangat tidak baik untuk kesehatan. MSG merupakan penguat rasa yang cuma menciptakan masakan menjadi yummy dilidah namun khasiat positif untuk tubuh belum ada studi yang membuktikannya.
Bagi ibu hamil sebaiknya menghindari mengkonsumsi mie instan secara berlebihan. Pasalnya bahan-bahan aksesori atau additif dalam mie instan sangat tidak baik untuk perkembangan janin ataupun kesehatan ibu hamil. Dalam buku What to eat When You're Expecting, para ibu hamil tidak dianjurkan mengkonsumsi masakan yang banyak mengandung zat aksesori atau additive.
Untuk balita sendiri, materi aksesori dalam mie instan akan sanggup memperlambat kerja organ pencernaan. Karena bahan-bahan aksesori tersebut tidak diharapkan oleh tubuh. Apalagi jikalau kandungan MSG ini dikonsumsi secara berlebihan, jadinya kecerdasan anak juga akan terhambat perkembangannya.
Dalam sumber gosip yang dimuat dalam Kompas (sumber gosip http://megapolitan.kompas.com/read/2009/08/21/1238313/Usus.Dipotong.akibat.Kebanyakan.Mi.Instan.1) menyebutkan bahwa seorang anak kecil harus dipotong ususnya alasannya terlalu banyak mengkonsumsi masakan yang banyak mengandung materi kimia. Berikut ialah kronologi beritanya
"MAKSUD hati membantu suami menambah penghasilan, apa daya anak jadi korban. Akibat kerap meninggalkan buah hatinya, Hilal Aljajira (6), Erna Sutika (32) sekarang harus menelan pil pahit. Usus Hilal bocor dan membusuk hingga harus dipotong. Rupanya tiap hari Hilal hanya menyantap mi instan alasannya di rumah tak ada orang yang memasakkan masakan untuknya. Berikut kisah Erna.
Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, saya tetapkan bekerja, membantu keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), kurang mencukupi kebutuhan keluarga.
Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tak jauh dari rumah kami di Garut. Setiap berangkat kerja, Hilal kutitipkan kepada ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, alasannya sebelumnya, saya juga suka memberinya masakan itu jikalau sedang tidak masak.
Ternyata, Hilal jadi “tergila-gila” masakan itu. Ia akan mengamuk dan mogok makan jikalau tak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya menyerah dan menuruti kemauan Hilal. Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal niscaya akan membeli sendiri mi instan di warung erat rumah dengan uang jajan yang kuberikan. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan.
Dua kali dipotong
Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit biasa. Anehnya, sesudah tiga hari, sakitnya tak kunjung hilang dan ditambah ia tidak sanggup buang air besar. Gara-gara itulah perutnya membesar.
Khawatir, kubawa Hilal ke mantri erat rumah. Karena tetap tidak ada perubahan, kami kemudian membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Ternyata hasil investigasi dokter lebih angker dari yang kuduga. Kupikir, cukup dengan obat pencahar perut, sakit Hilal sanggup segera sembuh. Rupanya tak segampang itu.
Hasil tes darah dan rontgen memperlihatkan, Hilal harus segera dioperasi alasannya beberapa penggalan di ususnya bocor dan membusuk. Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, akhir dari kandungan masakan yang Hilal konsumsi selama ini tidak sehat dan menciptakan ususnya rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu sering menyantap mi instan. Astagfirullah….
Atas referensi dokter, kami kemudian membawa Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, dengan alasan peralatan medis di RS itu lebih lengkap. Sejak awal, tim dokter sudah pesimistis dengan kondisi Hilal yang begitu memprihatinkan dengan berat tubuh yang tidak hingga 11 kg. Dokter juga bilang, dari puluhan kasus serupa, hanya tiga orang yang bertahan hidup. Aku hanya sanggup berserah pada Allah SWT.
Baru pada 25 November 2008 operasi dilakukan di RS Immanuel, Bandung. Saat itu saya sedang hamil tiga bulan. Dokter mengamputasi usus Hilal sekitar 10 cm. Untuk menyatukan penggalan usus yang terputus itu, dokter menyambungnya dengan usus sintetis. Selain itu, dokter juga menciptakan lubang anus sementara (kolostomi) di dinding perut sebelah kanan.
Semoga dengan adanya gosip di atas kita akan lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi mie instan. Sebaiknya tidak berlebihan dan imbangi dengan masakan sehat lainnya. Waspada harus dilakukan terutama untuk ibu hamil dan anak-anak. Cegah ancaman mie instan semenjak dini.