Pendidikan Anak Usia Dini Di Indonesia

Perkembangan sekolah PAUD di Indonesia dari tahun ke tahun boleh dibilang cukup Pendidikan Anak Usia Dini Di Indonesia
Perkembangan sekolah PAUD di Indonesia dari tahun ke tahun boleh dibilang cukup.  Namun peningkatan kualitas dan sarana serta prasarana Pendidikan Anak Usia Dini hendaknya mendapatkan perhatian yang lebih dari Pemerintah.  Mengingat PAUD merupakan pondasi awal yang harus dibuat secara besar lengan berkuasa biar generasi penerus bangsa Indonesia bisa bersaing di kurun pasar Internasional.

Hal yang penting untuk mewujudkan sekolah PAUD yang berkualitas yakni adanya perhatian Pemerintah terhadap kesejahteraan para guru-guru PAUD.  Perlu diketahui bahwa kondisi ketika ini kesejahteraan guru-guru PAUD masih sangat jauh di bawah standar.  Kita semua berharap semua dari tahun ke tahun ada peningkatan kesejahteraan yang bisa diberikan Pemerintah.

Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia ternyata menjadi materi riset dari luar negeri yaitu dari Australia.  Adapun mengenai hasil riset tersebut bisa kita simak paparannya yang disarikan dari situs paud.kemdikbud.go.id yang bertajuk

"Ada Apa dengan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia?"

"What's Wrong with The Early Childhood Education in Indonesia?" Begitu judul aktivitas seminar kecil bersama Profesor Sandralyn Byrnes dari Royal Tots Academy yang digelar ketika event Giggle Playgroup Day 2011, gelaran Miniapolis & Giggle Management, Jumat, 11 Februari 2011.

Apa yang salah dengan pendidikan anak usia dini di Indonesia? Saat ini sudah ada begitu banyak lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini yang bangun di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Mulai dari yang bersertifikasi internasional, berlatar agama, sampai lainnya. Begitu banyaknya penawaran dan tambahan tersebut, tak heran orangtua kebingungan harus menentukan yang mana yang sempurna untuk anak.

Selama 7 tahun meriset dan mencari tahu mengenai proses pendidikan anak usia dini di Indonesia, Byrnes menemukan beberapa hal yang mengganjal. "Pertama, pendidikan anak usia dini tidak mempunyai kurikulum yang universal," ungkap Byrnes yang merupakan kepala sekolah Royal Tots Academy, Kuningan, Jakarta. Tidak adanya standar universal menciptakan begitu banyak sekolah untuk anak usia dini yang bermunculan. "Belum ada yang menciptakan batasan, di usia anak sekian, ia harus sudah bisa melaksanakan apa saja. Jadi, beda sekolah, beda standar. Padahal tak sedikit yang memakai tambahan 'internasional'. Embel-embel tersebut ternyata tidak menjadi jaminan kualitasnya," papar Byrnes yang diberi gelar sebagai Australia's & International Teacher of the Year.

"Namun, pada umumnya, kita semua tahu bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, alasannya yakni di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Di usia inilah belum dewasa harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk belum dewasa yakni persiapan pendidikan mereka di usia dini," terperinci Byrnes yang berasal dari Australia ini.

Lebih lanjut, Byrnes mengungkapkan salah satu hal yang membuatnya kecewa yakni sering terjadi power struggle (tarik-ulur kekuatan) antara anak dengan gurunya. Ini bisa menjadi indikasi bahwa kurikulum atau cara guru mengajar menciptakan anak tidak merasa kerasan. Seharusnya sumber daya pengajar mempunyai pengetahuan bagaimana cara menghadapi anak-anak, alasannya yakni setiap anak berbeda.

Menurut Byrnes, beberapa forum pendidikan usia dini yang ia datangi di Indonesia tidak konsisten. Bahkan, beberapa sekolah anak usia dini yang ia temui memperbolehkan pengasuhnya ikut ke dalam kelas. "Buat saya, pengasuh mengambil alih otoritas orangtua. Saya tidak menyarankan pengasuh ke dalam ruang kelas. Ada alasannya. Anak-anak harus berguru mandiri. Saya pernah melihat dalam kelas ada seorang anak yang selalu dipangku pengasuhnya. Begitu guru mengajaknya belajar, ia malah memeluk pengasuh dan menolak diajak guru. Artinya, mereka tidak berani melaksanakan sesuatu. Anak-anak usia dini seharusnya pengambil risiko," terperinci Byrnes.

Byrnes mengungkap kembali bahwa ketika ini pendidikan anak usia dini di Indonesia belum merata, bahkan sertifikasinya pun tidak menjadi jaminan. "Jika Anda mau pendidikan yang terbaik untuk anak-anak, maka pencarian sekolah pendidikan anak usia dini menjadi pekerjaan rumah terpenting para orangtua. Cari dengan hati-hati, jangan tergesa-gesa," sarannya.

Perlu diketahui lagi, ungkap Byrnes, pendidikan anak usia dini di Indonesia tidak sama, alasannya yakni tidak disubsidi pemerintah menyerupai kebanyakan negara lain. "Karena itu, lihatlah uang sekolah untuk anak di usia dini sebagai investasi. Ketahuilah bahwa proses pendidikan anak tidak dimulai dari sekolah dasar, tetapi dari 18 bulan," ungkap Byrnes.
Yang jadi duduk perkara di forum pendidikan anak usia dini di Indonesia, tegas Byrnes, yakni kurangnya training guru-guru biar terus menjadi lebih baik, tak adanya kerjasama antara sekolah dengan orangtua, dan kurang kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini lainnya.

Pendidikan Anak usia Dini harus dibuat sedemikian rupa biar bisa menghasilkan generasi muda yang siap untuk mendapatkan pendidikan selanjutnya.  Para orang renta juga harus memahami perihal pentingnya Pendidikan PAUD untuk putra-putrinya dan tidak memandang remeh terhadap sekolah PAUD.  Kerja sama dan komunikasi antara pihak sekolah, orang renta dan Pemerintah harus terjalin dengan baik demi suksesinya aktivitas Pendidikan anak usia di Indonesia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel